Sejarah Kemahasiswaan ITB
-Lizda-
-SBM-
-19713099-
Era
Kolonial Belanda dan Jepang
Terbentuk
organisasi kemahasiswaan tertua di Bandung yaitu Bandoeng Studenten Corps
(BSC). Pada masa ini, mahasiswa pribumi yang bersekolah di Technische
Hoogeshcule te Bandoeng (TH Bandoeng) sudah merasakan perbedaan budaya dengan
teman2nya yang berasal dari Belanda dan mahasiswa2 pribumi ini kemudian
membentuk perkumpulan sendiri yaitu Indonesische Student Vereniging (ISV) yang
terpisah dari organisasi mahasiswa resmi saat itu yang didominasi oleh
tuan-tuan Belanda. Perkumpulan ini menyelenggarakan diskusi-diskusi
mengenai ilmu teknik, politik, mengadakan kegiatan olahraga, bermain catur dan
tak ketinggalan berdarmawisata.
Soekarno
(presiden RI pertama) terdaftar sebagai mahasiswa mulai tahun 1921, tapi dua
bulan kemudian meninggalkan kuliah untuk bersatu dalam perjuangan bangsanya.
Baru tahun 1922 ia mendaftar kembali dan lulus tahun 1926.
TH
Bandoeng sempat berganti nama di era kolonial Jepang menjadi Institute Of
Tropical Sciences (1942) dan Bandung Kogyo Daigaku (1944)
Era
Kemerdekaan
Setelah
kemerdekaan, Bandung Kogyo Daigaku dibuka kembali dengan nama Sekolah Tinggi
Teknik Bandung (STT Bandung). Terbentuk Senat Mahasiswa Fakultas Teknik
Bandung. Suasana revolusi menyebabkan kampus STT Bandung mempunyai multifungsi.
Gejolak bangsa saat itu membuat STT Bandung merupakan kesatuan dari potensi
SDM, ilmu dan teknologi, laboratorium dan peralatan yang semuanya dikerahkan
untuk perjuangan kemerdekaan. Bulan Oktober 1945 didepan anggota KNIP,
dicetuskan ikrar bersama mahasiswa yang menyatakan tekad mahasiswa Indonesia
untuk tidak sudi kembali ke kampus selama kemerdekaan penuh bangsa Indonesia
belum tercapai.
STT
Bandung kemudian pindah ke Yogyakarta untuk kemudian bergabung dengan beberapaa
akademi dan sekolah tinggi membentuk Universitas Gadjah Mada
Era1950an
Pada masa ini, Fakultas Teknik
dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Bandung masih dalam naunngan
Universitas Indonesia. Saat itu terbentuklah Dewan Mahasiswa UI Bandung yang
beranggotakan himpunan-himpunan mahasiswa teknik. Pada tahun 1955, lahirlah Dewan
Mahasiswa UI yang diketuai oleh Emil Salim yang kemudian menggabungkan DM UI
Bandung yang terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas Teknik dan FIPIA.
1957
Deklarasi pembentukan Majelis
Mahasiswa Indonesia (MMI) di Aula Barat sebagai wadah organisasi intra universitas
seluruh Indonesia
2
Maret 1959
Fakultas Teknik dan Fakultas
Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dipisahkan dari Universitas Indonesia menjadi Institut
Teknologi Bandung.
2
November 1960
Berdasarkan persetujuan Senat
Mahasiswa Departemen Ilmu Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, serta Ilmu Kimia
dan Ilmu Hayati, terbentuklah Dewan Mahasiswa ITB yang diketuai oleh Piet
Corputty. Dewan Mahasiswa terdiri dari Sidang Dewan (Legislatif) dan Badan
Pengurus (Eksekutif). DM ITB saat itu lebih mengutamakan konsolidasi
organisasi. Namun karena adanya perjuangan membebaskan Irian Barat, maka DM ITB
mendukung penuh seruan tersebut dengan ikut serta mengirimkan sukarelawan.
Advokasi mahasiswa untuk menolak penggabungan ITB ke Universitas Padjajaran
yang baru berdiri.
1963
Pada kerusuhan 10 Mei 1963 yang
berbau rasial, tokoh mahasiswa Muslimin Nasution. Uniknya walaupun dalam
tahanan, Muslimin terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB. Konfrontasi
antara DM ITB dengan CGMI-GMNI yang berporos Nasakom. Saat itu DM ITB dijuluki
‘The Last Stronghold’ oleh masyarakat anti-komunis.
1964
Pembangunan Masjid Salman
dimulai. Pada Kongres MMI ke-IV di Malino, Sulsel, DM ITB dikeluarkan dan
terkucil dari pergaulan antar DM. Terjadi kericuhan saat MAPRAM 1965.
1965
Peristiwa Gerakan 30 September,
DM ITB dibawah pimpinan Rachmat Witoelar menyatakan mengutuk peristiwa
tersebut. Terbentuk KAMI Bandung yang tidak hanya beranggotakan organisasis
ekstra kampus, namun juga organisasi intra kampus. Terbentuk juga Komite Aksi
Pembersihan ITB (KAPI), yang bertujuan membersihkan ITB dari pengaruh komunis.
1966
Perjuangan menegakkan Tritura.
Pada bulan Februari 1966, KAMI Bandung dipelopori DM ITB mengirim 200 mahasiswa
untuk membantu mahasiswa Jakarta yang terdesak akibat terbunuhnya Arief Rahman
Hakim. Dipimpin tokoh-tokoh seperti Rudianto Ramelan, Muslimin Nasution, Arifin
Panigoro, dan Fred Hehuat, KAMI Bandung melancarkan serangan-serangan ke
obyek-obyek vital seperti Deplu RI, Kedubes dan Konsulat RRC.
Perjuangan Tritura menghasilkan
pemerintahan baru yang lazim disebut ‘Orde Baru’. DM ITB memberikan gelar
Pahlawan Ampera kepada Fred Hehuat (Geologi) dan Pasma Situmorang (Mesin) yang
aktif berjuang menegakkan Tritura.
DM ITB tidak hanya
berdemonstrasi untuk menumbangkan rezim Orde Lama, saat terjadi bencana banjir
di Solo, DM ITB mengirim delegasi Misi Ampera untuk membantu korban bencana.
Juni
1966
KM ITB terbentuk sebagai
penyempurnaan dari DM ITB, terdiri dari MPM (legislatif), DM (eksekutif), dan
BPM (perwakilan ekstra kampus)
1968
Pernyataan sikap menolak adanya
wakil-wakil mahasiswa di DPR Gotong Royong karena mahasiswa tidak sepatutnya
berpolitik praktis
1969
Advokasi kenaikan SPP
mahasiswa.
1970
Dipelopori oleh Wimar Witoelar
(Ketua Umum 1969-1970) dan Syarif Tando (Ketua Umum 1970-1971), DM ITB
menyerukan slogan back to campus untuk kembali kemahasiswaan yang telah rusak
akibat politik nasakom. Pendirian Student Center dimulai, Unit-Unit kegiatan
bermunculan, DM ITB memelopori konsolidasi mahasiswa se-Asia Tenggara dalam
pertemuan ASEAUS. DM ITB juga mengadakan pekan olahraga mahasiswa Ganesha Interversity
Games. Gagalnya inisiasi National Union of Student of Indonesia dilanjutkan
dengan berdirinya Badan Kerja Sama Dewan/Senat Mahasiswa se-Bandung (BKS DM/SM
Bandung).
Usaha depolitisasi ini
sebenarnya hampir berhasil, hanya saja pihak penguasa mulai menunjukkan gelagat
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada tanggal 6 Oktober 1970, terjadi
insiden antara taruna Akpol dengan seorang mahasiswa bernama Rene Louis Conraad
(EL’70) yang mengakibatkan tewasnya Rene. Insiden ini sebenarnya berawal dari tawuran
antara taruna Akpol dengan mahasiswa ITB akibat kalah dalam pertandingan sepak
bola. Karena peristiwa ini, saat upacara pemakaman Rene, DM ITB mengadakan
demontrasi dengan massa sepanjang 7 Km untuk menuntut pengusutan para tersangka
pengeroyokan.
1971
Protes DM ITB terhadap proyek
Taman Mini Indonesia Indah.
1972
Protes DM ITB kepada Bulog yang
dianggap tidak becus mengurusi pangan.
1973
Isu utang luar negeri yang
tidak terkendali menjadi opini publik. Saat itu pengusaha Jepang dianggap Economic
Animal oleh masyarakat Indonesia akibat modal mereka yang mencengkeram
ekonomi nasional. Suatu pertemuan di bulan Desember 1973 di ITB yang dihadiri
antara lain oleh Muslim Tampubolon (Ketua Umum DM ITB) Hariman Siregar (Ketua
Umum DM UI) dan Adnan Buyung Nasution berhasil mengeluarkan sikap untuk menolak
utang luar negeri.
1974
Pertemuan 35 DM se-Indonesia
tanggal 11 Januari atas undangan Hariman Siregar untuk menemui Presiden
Soeharto di Bina Graha. 4 hari kemudian pecahlah peristiwa Malari (Malapetaka
15 Januari) yang pada awalnya bertujuan mendemonstrasi PM Jepang Kakuei Tanaka
malah berubah menjadi huru-hara besar.
Sementara itu mahasiswa Bandung
berunjuk rasa di kampus UNPAD dengan membakar patung Soedjono Hoemardani, Aspri
Presiden Soeharto. Saat itu mahasiswa Bandung mengeluarkan Tritura 1974 yang
berbunyi: 1. Bubarkan Aspri, 2. Turunkan Harga, 3. Tolak Utang Luar Negeri.
1974-1976
Konsolidasi organisasi DM ITB.
1977
Gerakan anti kebodohan, adalah
suatu konsep mendasar untuk mengentaskan pembodohan penguasa terhadap rakyat
Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kemahasiswaan Indonesia, Ketua
Umum DM dipilih dengan sistem one student one vote secara langsung, umum,
bebas, dan rahasia.
28
Oktober 1977
DM se-Indonesia berkumpul di
Bandung untuk menyatakan sikap menolak eksistensi Soeharto sebagai Presiden
Indonesia. Bersama pelajar Bandung, DM se-Indonesia mengadakan aksi demonstrasi
keliling Bandung.
16
Januari 1978
Apel bersama 2000 mahasiswa ITB
dipimpin Ketua Umum Heri Akhmadi menyatakan ‘Tidak Mempercayai dan Tidak
Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!”. Penerbitan
Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978. Pembuatan buku putih ini dimotori oleh
Rizal Ramli, Ketua Dewan Mahasiswa. Penerbitan buku putih ini juga didukung
beberapa intelektual kampus seperti Prof. Iskandar Alisjahbana (Rektor ITB) dan
Prof. Slamet Iman Santoso (mantan Dekan Fakultas Psikologi UI).
21
Januari dan 9 Februari 1978
Kampus diserbu dua kali dan
diduduki militer 6 bulan lamanya. Mahasiswa lama dikumpulkan di lapangan basket
dan diusir, hanya mahasiswa angkatan ’78 yang boleh berkuliah. Terjadi
penembakan gelap di rumah Rektor ITB Prof. Iskandar. Laksusda Jawa Barat
memanggil Heri Akhmadi, Rizal Ramli, Indro Tjahjono, Al Hilal Hamdi, dan Ramles
Manampang Silalahi untuk kemudian diadili dan dipenjara. Normalisasi Kehidupan
Kampus diberlakukan, DM se-Indonesia dibubarkan, pemerintah mengajukan konsep
SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi) sebagai pengganti Dewan Mahasiswa,
namun ditolak karena terlalu kuatnya intervensi pemerintah dan birokrasi kampus
pada organisasi tersebut.
1979
Pembentukan Badan Koordinasi
Kemahasiswaan (BKK) sebagai organ operasional kebijakan NKK disikapi dengan
penolakan mahasiswa ITB. Akibatnya lembaga ini tidak pernah jelas
eksistensinya.
1979-1982
Tekanan kuat dari Rektorat
untuk membubarkan DM dengan surat ancaman DO untuk setiap Ketua Umum terpilih.
Buku Biru diterbitkan sebagai lanjutan penerbitan Buku Putih.
1982
Dipelopori oleh 22 Ketua
Himpunan dan 44 Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa, Dewan Mahasiswa ITB akhirnya
membubarkan diri, kaderisasi dan cita-cita DM dikembalikan ke himpunan masing-masing
sebagai kantung gerakan. Suatu saat himpunan tersebut siap dipanggil untuk
bersatu kembali. Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ) terbentuk sebagai wadah
koordinasi gerakan antar himpunan jurusan dan Badan Koordinasi Unit Aktivitas
(BKUA) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar unit kegiatan. FKHJ
dipimpin oleh Hendardi (Ketua HMS) dan Umar Juoro (Ketua HIMAFI). Pada masa ini
juga muncul kelompok-kelompok studi mahasiswa.
1983
Demonstrasi menentang rally
mobil yang mewabah saat itu, karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi
bangsa.
1985
Demonstrasi menyambut PM
Inggris Margareth Thatcher.
1986
Demonstrasi menyambut Presiden
Francois Mitterand dengan memotong kepala bebek sebagai perlambang agar bangsa
Indonesia jangan membebek pada bangsa Barat.
1987
Protes kepada Kedubes Perancis
akibat adanya teror kelompok ‘Skinhead’ terhadap mahasiswa Indonesia.
Terbentuknya Presidium FKHJ yang dpimpin oleh Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman.
Terbentuk pula Badan Koordinasi Mahasiswa Bandung sebagai wadah gerakan
mahasiswa Bandung.
1988
Mimbar bebas pada hari
pahlawan, aksi anti helm, intifadah
1989
Aksi-aksi menentang pembebasan
tanah dengan semena-mena di Kacapiring, Cimacan, Kedung Ombo, dan Badega.
Longmarch Bandung-Badega oleh mahasiswa ITB untuk menghalangi buldoser yang
akan mengeksekusi tanah Badega. Pada tanggal 5 Agustus 1989 terjadi insiden
dalam acara Penataran P-4 oleh Mendagri Rudini. Saat itu beberapa mahasiswa
akan menangkap Mendagri karena dianggap bertanggung jawab membawahi pemerintah
lokal yang berkolusi dengan penguasa. 11 orang ditangkap dan 6 diantaranya
dipenjarakan, diantaranya Fadjroel Rachman, Jumhur Hidayat, Enin Supriyanto.
1990
Keluar surat dari Mendikbud
Fuad Hasan yang meminta didirikannya SMPT di seluruh Indonesia.
1992
OSKM diadakan kembali atas
dasar permintaan Rektorat untuk melakukan penyambutan dan pengenalan kampus
bagi mahasiswa baru angkatan 1992. Terbentuknya Forum Aktivis Lemabaga
Mahasiswa yang beranggotakan aktivis mahasiswa se-Jawa Madura dan Bali.
1993
Referendum pembentukan Lembaga
Sentral Mahasiswa.
1994
Advokasi terhadap dua
fungsionaris HMFT yaitu Yos Alfa dan Melyana (FT’90)
1995
OSKM’95 berlangsung dengan tema
‘Pahlawan dari Rakyat yang tertindas’
20
Januari 1996 Kongres
FKHJ dan BKSK mendeklarasikan
berdirinya kembali KM ITB.
Maret
1996
Keluar surat edaran dari PR III
yang meminta nama lembaga sentral mahasiswa adalah Senat Mahasiswa ITB, yang
ditanggapi dingin oleh mahasiswa. PR III yang baru mengadakan manuver dengan
mengadakan registrasi terhadap seluruh organisasi mahasiswa. 5 Himpunan yaitu
HIMATEK, GEA, HMT, PATRA, dan HMP disegel karena menolak registrasi. Selain itu
karena terjadi kasus Zaki T.L (FI’95) yang meninggal setelah melewati OS di
HIMAFI (PPAM) dan mengakibatkan sanksi DO bagi Budi (Ketua PPAM) dan Ridjal
(Ketua HIMAFI), OSKM dilarang.
April
1996
Deklarasi kesatuan gerakan
mahasiswa Bandung
1996-1997
Berbagai forum diadakan untuk
mendirikan lembaga sentral mahasiswa antara lain forum TVST, PILT, dan BPI.
Tidak dihasilkan kesepakatan mengenai bentuk organisasi kemahasiswaan. Forum
BPI diketuai oleh Haru Suwandharu (BI’93, Ketua HIMABIO ‘Nymphaea’). Dan Forum
TVST diketuai oleh Vijaya Vitrayasa (MS’94, Kepala GAMAIS)
1998
FKHJ membentuk Satgas KM ITB
untuk Reformasi yang diketuai oleh Depi Rustiadi (TG’94) dan Widdy (PL’95)
sebagai Sekjen. Satgas ini berperan penting dalam ‘Deklarasi Ciganjur’ yang
menyepakati bahwa kepemimpinan nasional harus segera diganti. Dibentuk juga Tim
Beasiswa KM ITB untuk melaksanakan program beasiswa dari, oleh dan untuk
mahasiswa. Selain itu Muker 7-10 Juni di Ciwidey menghasilkan Konsepsi dan
AD/ART KM ITB. Pemilu dilangsungkan pada bulan Oktober dan Vijaya Vitrayasa
(MS’94) keluar sebagai pemenang atas Ahmad Shalahudin (TI’94), Khalid Zabidi
(SR’93) dan Heldy (FT’94).
Kepengurusan periode ini juga
diwarnai dengan 2 surat pernyataan himpunan ( HMT & HME ) yang yang secara
meminta kongres memberikan memorandum kepada Presiden KM ITB karena
kinerjanya yang dianggap tidak memuaskan. Komunikasi dengan lembaga2
kemahasiswaan di dalam kampus memang menjadi masalah terbesar yang dihadapi
kabinet.
Terlalu lamanya kemahasiswaan
ITB tidak dipayungi lembaga terpusat menyebabkan kurangnya rasa butuh terhadap
KM ITB apalagi ditambah dengan konsepsi kemahasiswaan terpusat (Konsep KM ITB)
yang tidak tersosialisasi dengan baik ke seluruh mahasiswa.
1999
Gerakan Lumbung Kota sebagai
bentuk kepedulian mahasiswa akan langkanya barang kebutuhan pokok.
Agustus 1999 Peserta OSKM’99
melakukan aksi SINDU (Studi dan Implementasi Desa Terpadu) di Cipatat.
Oktober 1999 Kontroversi
mengenai kinerja Kabinet pertama mengakibatkan Vijay dipercepat jabatannya dan
diganti Caretaker. Pemilu kedua diadakan dan menghasilkan pemenang Sigit Adi
Prasetyo (IF’95) mengalahkan Nurul Wajah Mujahid (KL’95), Zaid Perdana (TL’96),
Dedi Apriadi (GL’97) dan Iqbal Alfajri (DS’96) Puncaknya adalah pernyataan
bersama 15 himpunan pada saat pelantikan presiden KM ITB yang kedua ( November
99) yang isinya adalah memberikan memorandum kepada kabinet untuk memperbaiki
kinerjanya.
Februari
2000
Pertama kali diadakannya
Olimpiade KM ITB dimana HMT keluar sebagai juara umum. Sempat terjadi insiden
pembakaran jas almamater akibat adanya sponsor rokok ‘A Mild’ yang dianggap
telah menjual kemahasiswaan ITB.
Agustus
2000
OSKM kali ini adalah OSKM
dengan peserta terkecil jumlahnya (400an peserta) akibat ilegal.
Oktober 2000 Akibat terlalu
larutnya Kongres dalam membahas amandemen AD/ART, panitia pelaksana Pemilu 2000
terbentuk 2 Minggu sebelum tanggal turunnya Presiden Sigit. Panpel yang
dipimpin Safari (TK’97) terus mengulur-ulur waktu. 6 kandidat antara lain Zaid
Perdana (TL’96), Andri Dwi Setiawan (PN’96) Muhammad Iqbal (GL’96), Muhammad
Lutfi (TI96), Dedi Apriadi (GL’97) batal mengikuti pemilu. Akhirnya bulan
November 2000, Kongres mengeluarkan ketetapan perpanjangan jabatan Presiden
selama 6 bulan sampai Maret 2001.
Januari
2001
KM ITB menggulirkan isu
Buloggate dan Bruneigate untuk menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid.
Sementara itu FKHJ mulai menggulirkan isu penggulingan Presiden Sigit.
10
Maret 2001
Dimotori oleh IMG, HIMAFI,
PSIK, Veritas dan Komunitas Ganesha 10, FKHJ melakukan pendudukan terhadap
Sekretariat KM ITB. FKHJ menyatakan penonaktifan Kongres dan Kabinet KM ITB
serta mengambil kekuasaan legislatif dan eksekutif. Selain itu FKHJ juga
membentuk tiga Badan Pekerja yaitu Panitia Pemilu untuk mengadakan pemilu
legislatif secepatnya, Panitia OSKM 2001, dan Panitia Muker untuk mengamandemen
AD/ART. Pemilu legislatif berhasil memilih senator berbasis massa himpunan,
Kongres kali ini dipimpin oleh Dedi Suryadi (PL’97). Karena dimulainya era
otonomi kampus, Kongres memutuskan mengirimkan Anggota MWA wakil mahasiswa Rian
Ramadian Nugraha (IF’97).
Agustus
2001
OSKM kali ini dipimpin Dinar
Maulana (IMG’98). Sebelumnya sempat terjadi insiden pemukulan terhadap pihak
yang mendiskreditkan salah seorang petinggi OSKM.
Oktober
2001
Pemilu kali ini tercatat dalam
sejarah KM ITB sebagai Pemilu dengan kandidat terbanyak (7 orang). Akbar Hanif
Dawam Abdullah (PN’98) terpilih sebagai Presiden mengalahkan Dedi Apriadi
(GL’97), Armenda (SI’97), Adiq Ahmadi (MT’97), Roy Baroes (GM’97), Edison
Situmorang (EL’97), sedangkan Khairul Anshar (FI’98) mengundurkan diri sebelum
pemungutan suara.
Desember
2001
Pertemuan BEM se-Bandung Raya
di kampus ITB.
Maret
2002
Alga Indria (DS’98) menjadi
pemenang pemilu KM ITB mengalahkan Abdi Robbi Sembada (SI’98), Dwi Lesmana
(PL’99), M. Hanif (TI’98), dan Andy Hartono (TK’98).
Agustus
2002
Setelah sekian lama, akhirnya
OSKM dinyatakan legal oleh rektorat, acara Swasta ditiadakan, dan metode
kekerasan diganti dengan metode disiplin. OSKM kali ini diketuai oleh Ahmad
Mukhlis Firdaus (HMS’99). Selain itu pertama kali dalam sejarah KM ITB diadakan
acara Open House Unit yang bertujuan membuka rekrutmen terbuka untuk Unit
Kegiatan Mahasiswa.
1-2
Februari 2003
Pertemuan BEM Nasional di ITB
Maret
2003
Ahmad Mustofa (TK’99) menjadi
Presiden kelima mengalahkan Saifullah (SI’99), dan Hendro (TA’99). Sementara
itu Adi Nugroho (FI’99) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara. Pemilu
Anggota MWA Wakil Mahasiswa menghasilkan Fantri Azhari (MS’99) sebagai
pemenang.
Mei
2003
Aksi longmarch Bandung-Jakarta
untuk memperingati 5 tahun reformasi.
Juni
2003
Aksi penolakan USM-PMBP yang
dianggap sebagai jalan komersialisasi kampus. Saat itu terbentang spanduk
‘Selamat Datang Putra-Putri Termahal Bangsa’ untuk menyambut calon mahasiswa
baru 2003. Isu ini sempat menjadi isu nasional bersama PT BHMN lain.
Juli
2003
Aksi 1500 massa BEM Bandung
Raya menuntut turunnya Mega-Hamzah. Peluncuran “Selamatkan Indonesia” oleh KM
ITB.
Agustus
2003
OSKM diketuai oleh Anwar
Rustanto (HMM’00). Pada acara penutupan terjadi kericuhan antara panitia dengan
swasta akibat insiden mengenai lagu kampus.
Desember
2003
Pembentukan Satuan Tugas
Penyikapan Pemilu RI 2004 yang diketuai oleh Otep Kurnia (MA’99).
Februari 2004 ITB Fair diadakan
pertama kalinya di kampus ITB dengan tujuan memasyarakatkan teknologi. Aksi
menolak Dialog Calon Presiden oleh PSIK yang mengundang Prabowo Subianto. Aksi
ini dilakukan Kabinet bersama HMD.
Program Desa Binaan sebagai
bentuk Pengabdian Masyarakat KM ITB
Maret
2004
Pemilu KM ITB tercatat sebagai
Pemilu dengan kandidat tersedikit yaitu Anas Hanafiah (EL’00) dan Oskar Pariang
Pakpahan (GM’00). Sempat terjadi kericuhan akibat hilangnya dua kotak suara.
Anas memenangkan pemilu dan menjadi Presiden keenam.
April
2004
Aksi pembakaran ban oleh
Kabinet bersama Satgas Pemilu KM ITB akibat pengambilalihan acara ‘Kupas
Tuntas’ Capres RI Amien Rais oleh Rektorat. Kabinet juga mengadakan aksi
menolak kedatangan Siswono Yudohusodo karena dianggap sebagai bagian dari rezim
Orde Baru.
Juli
2004
Aksi menolak hasil Pemilu 2004
akibat banyaknya indikasi kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Bersamaan dengan
aksi tersebut, Student Center diratakan dengan tanah untuk diganti dengan
Campus Center.
Agustus
2004
OSKM kali ini diketuai Goris
Mustaqim (SI’01). Pada saat acara OHU, beberapa mahasiswa melakukan aksi
pembakaran Jas Almamater dan bendera KM ITB sebagai bentuk keprihatinan
terhadap matinya dunia kemahasiswaan. Aksi ini ternyata berbuntut panjang
sehingga disepakati akan membentuk Forum Rembug Mahasiwa. Forum ini menyepakati
bahwa Kabinet dan Kongres harus memperbaiki kinerjanya, adanya kaderisasi
berjenjang, dan Himpunan akan mengirim senator.
September
2004
Terdapat beberapa selebaran
yang bertuliskan mengenai permohonan maaf seseorang yang dianggap melakukan
penghinaan agama. Pada bulan ini juga muncul insiden Class Aksutik ‘A Mild’
yang menghadirkan Marcell dan Dygta. KM ITB menyatakan menolak acara tersebut
selain tidak jelas manfaatnya bagi mahasiswa, acara ini juga menggunakan
sponsor rokok.
Oktober
2004
KM ITB menginisiasi sebuah
acara besar bertajuk ‘Gema Nusa’ (Gerakan Membangun Nurani Bangsa) di lapangan
silang Monas dengan menghadirkan Presiden RI terpilih Susilo Bambang Yudhoyono.
10
Desember 2004
Kedatangan Dr. Anwar Ibrahim
untuk mengisi seminar “Perkembangan Demokratisasi Di Asia” disambut hangat
mahasiswa ITB.
31
Desember 2004
Aksi peduli bencana tsunami
Aceh bersama BEM Unpad. Aksi ini diadakan saat pergantian tahun 2004 ke 2005
Januari
2005
Pengiriman relawan ke Aceh.
Februari
2005
Aksi penolakan kenaikan BBM, KM
ITB mengadakan aksi dengan motor sampai ke Lapangan Tegallega. Penolakan
kenaikan harga BBM ini juga diikuti oleh aksi mogok makan oleh Sandra, Wira,
Agus, dan Ramses di gerbang Selatan ITB.
Terlaksananya OS Gabungan yang
diketuai Fitrah Dinata (SI’02)
Maret
2005
Olimpiade ke-III KM ITB
dimenangkan oleh IMG.
April
2005
Muhammad Syaiful Anam (EL’01)
terpilih sebagai Presiden ketujuh. Pemilu kali ini sebenarnya diikuti tiga
kandidat yaitu Anam, Wiyono (TA’01) dan Ramses (TG’01) namun Ramses
didiskualifikasi oleh Panitia.
21
Mei 2005
Launching gerakan ‘Kampus
Cerdas’ untuk mengurangi budaya mencontek di mahasiswa ITB.
Juni
2005
Fitrah Dinata terpilih sebagai
Ketua OSKM 2005. Rektorat menolak nama OSKM dan mengganti dengan nama PSAK
(Pengenalan Satuan Akademik dan Kemahasiswaan).
17
Agustus 2005
Tepat pada saat peringatan 60
tahun Indonesia Merdeka, KM ITB mengadakan aksi keprihatinan mengenai tingginya
jumlah mahasiwa yang di-DO setiap awal tahun akademik. Hal ini menunjukkan
belum beresnya sistem pendidikan di ITB.
September
2005
Keluar surat edaran Wakil
Rektor bidang Kemahasiswaan mengenai pelarangan kaderisasi bagi 2005 yang
disikapi beragam oleh himpunan-himpunan. Saat itu juga KM ITB menggulirkan isu
tolak kenaikan BBM yang rencananya dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2005.
1
Januari 2006
ART ITB disahkan oleh MWA. Poin
kontroversial dalam ART ini adalah adanya pengaturan mengenai struktur baru
kemahasiswaan sebagai implikasi perubahan sistem di ITB. KM ITB mengeluarkan
surat menyatakan menolak implementasi ART ITB yang merugikan mahasiswa.
Februari
2006
Program Keroyok Kampus oleh
Presiden Anam, saat itu kampus ITB diramaikan oleh acara-acara KM seperti Bedah
Buku ‘Confessions of an Economic Hitman’, Pekan Baca Tulis, SIMS, ITB Fair,
Pesta Rakyat, dll.
Maret
2006
Pemilu kali ini diikuti oleh
enam kandidat yaitu Dwi Arianto Nugroho (TK’02), Andi M. Adiwiarta (GM’02),
Syahfitri (KI’02), Hendrajaya (IF’02), Indira (IL’02), dan Kisko (FI’03).
Sempat terjadi kericuhan karena adanya kesalahan teknis Panpel dan kandidat
menganggap panitia tidak konsisten dalam menerapkan aturan pemilu. Semua
kandidat mengundurkan diri kecuali Dwi dan Syahfitri. Hampir semua Himpunan
menyatakan pemilu gagal. Pemilu akhirnya diulang dan diikuti oleh Dwi,
Syahfitri, Andi, dan Jaya, serta calon baru M. Luthfi (FT’03).
April
2006
Dwi Arianto Nugroho memenangkan
pemilu dan menjadi Presiden kedelapan.
Mei
2006
KM ITB menginisiasi gerakan
peduli sampah Kota Bandung. Di akhir bulan juga KM ITB mengirim tim relawan
bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Juni
2006
Zam Zam Badruzaman (HIMAFI’03)
terpilih sebagai Ketua OSKM 2006
20-21
Agustus 2006
Kontroversi soal legalitas OSKM
2006 berakhir dengan terlaksananya OSKM 2006 hanya dalam dua hari. Peserta OSKM
2006 adalah peserta dengan jumlah terkecil sepanjang sejarah, 136 orang. OSKM
kemudian ditutup dengan aksi masuk kampus dengan peserta ratusan mahasiswa ITB.
November
2006
Seminar Nasional yang diisi
oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat
Bandung
Januari
2007
Rangkaian Seminar dan Workshop
“Sekantor” atau Sekolah Anti Korupsi diakhiri dengan perayaan ulang tahun KM
ITB.
Februari
2007
Olimpiade ke-IV menghasilkan
MTI sebagai juara umum.
Maret
2007
Pemilu KM ke-8 menghasilkan
Zulkaida Akbar (FI’03) sebagai Presiden, mengalahkan Army Alghifari (MS’04).
7
April 2007 Kedatangan Wapres Jusuf Kalla yang mengakibatkan tertutupnya
kampus untuk mahasiswa dan dosen.
Juni
2007
Kasus kecelakaan motor pasca
syukuran Kaderisasi KMSR 2006 mengakibatkan turunnya surat ancaman skorsing
bagi Presiden KMSR, Ketua Kaderisasi, dan Ketua Angkatan 2006. Selain itu juga
ada ancaman pembekuan KMSR. Kabinet bersama himpunan-himpunan memutuskan untuk
menolak sanksi tersebut dan melakukan aksi massa di gedung Rektorat.
Agustus-September
2007
Rangkaian acara Penyambutan
Mahasiswa Baru (PMB) 2007 yang diketuai Agung Thaufika (HIMATIKA’04) sukses
dalam melakukan pengenalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru 2007.
16
November 2007
Aksi penolakan terhadap alumni
yang dianggap mencoreng nama almamater oleh Gabungan Aksi Mahasiswa (GAM) ITB
yang sesuai dengan momentum Kongres Ikatan Alumni ITB dan terseretnya nama
Laksamana Sukardi, Ketua Umum IA Pusat sebagai tersangka kasus korupsi di Pertamina.
2008
Shana Fatinah Sukarsono
terpilih menjadi presiden KM ITB. Wahyu Bagus Yuliantok terpilih menjadi
anggota MWA. Mereka memulai program kerja dengan menolak kenaikan harga BBM,
mendeklarasikan rumah belajar, dll. Ketua PMB adalah Aulia Ibrahim Yeru.
2009
Presiden KM ITB Ridwansyah Yusuf Ahmad dan MWA
Benny Nafarijah. Terdapat isu keberpihakan mahasiswa. Aksi penting tahun itu
adalah saat pelantikan kembali SBY sebagai presiden. INKM diubah menjadi PROKM.
2010
Adanya deklarasi gerakan community development
oleh mahasiswa Indonesia di ITB. Herry Darmawan sebagai presiden KM ITB dan Ikhsan
Abdusyahkur sebagai MWAWM. OSKM 2010 menghadapi tantangan berat karena rektorat
menekan agar mengganti nama OSKM Kabinet Indonesia berhasil melaksanakan ITB
fair dan diadakan konferensi mahasiswa Indonesia.
2011
Isu kewirausahaandi ITB menjadi dikenal di
Indonesia. Tahun ini diwarnai SNMPTN dan RUU perguruan tinggi. Aksi terbesar KM
ITB tahun ini adalah aksi ke rektorat. Ujung aksi ini adalah rapat dengan DPR.
MWA ITB menghadapi tahun terakhirnya. Tizar Bijaksana sebagai presiden KM ITB.
OSKM 2011 menjadi PROKM 2011
2012
Mahasiswa ITB telah belajar banyak dari
pengalaman mengenai orgensi kebersamaan. ITB Fair 2012 mengusung gagasan
sociopreneurship, technopreneurship, dll. Pertama kali dilaksanakan pagelaran
seni budaya KM ITB. Sejumlah massa dari organisasi mahasiswa melakukan
demonstrasi di depan ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar